Written by Sedekah.net
Tuesday, 03 April 2012 06:53
|
Tidak seperti biasanya, hari itu Ali bin Abi Thalib pulang lebih sore
menjelang Ashar. Fatimah binti Rasulullah menyambut kedatangan suaminya yang
sehari suntuk mencari rezeki dengan sukacita. Siapa tahu Ali membawa uang lebih
banyak karena kebutuhan di rumah makin besar. Sesudah melepas lelah, Ali berkata
kepada Fatimah, “Maaf, Sayangku, kali ini aku tidak membawa uang sepeser pun”.
Fatimah menyahut sambil tersenyum, “Memang yang mengatur rezeki tidak duduk di
pasar, bukan? Yang memiliki kuasa itu adalah Allah Ta’ala”. “Terima kasih,”
jawab Ali. Matanya memberat lantaran istrinya begitu tawakal. Padahal persediaan
dapur sudah ludes sama sekali. Toh Fatimah tidak menunjukkan sikap kecewa atau
bersedih.
Ali lalu berangkat ke masjid untuk menjalankan shalat jama’ah. Sepulang dari
sembahyang, di tengah jalan ia dihentikan oleh seorang tua. “Maaf, anak muda,
betulkah engkau Ali anak Abu Thalib?” Ali menjawab heran, “Ya, betul. Ada apa,
Tuan?”. Orang tua itu merogoh kantungnya seraya menjawab, “Dahulu ayahmu pernah
kusuruh menyamak kulit. Aku belum sempat membayar ongkosnya, ayahmu sudah
meninggal. Jadi, terimalah uang ini, sebab engkaulah ahli warisnya.” Dengan
gembira Ali mengambil haknya dari orang itu sebanyak 30 dinar. Tentu saja Fatimah sangat bergembira memperoleh rezeki yang tidak disangka-sangka ketika Ali menceritakan kejadian itu. Dan ia menyuruh membelanjakannya semua agar tidak pusing-pusing lagi merisaukan keperluan seharihari. Ali pun bergegas berangkat ke pasar. Sebelum masuk ke dalam pasar, ia melihat seorang fakir menadahkan tangan, “Siapakah yang mau menghutangkan hartanya untuk Allah, bersedekahlah kepada saya, seorang musafir yang kehabisan bekal di perjalanan.” Tanpa berpikir panjang-lebar, Ali memberikan seluruh uangnya kepada orang itu. Pada waktu ia pulang dan Fatimah keheranan melihat suaminya tidak membawa apa-apa, Ali menerangkan peristiwa yang baru saja dialaminya. Fatimah, masih dengan tersenyum, berkata, “Keputusan Kanda adalah yang juga akan saya lakukan seandainya saya yang mengalaminya. Lebih baik kita menghutangkan harta kepada Allah daripada bersifat bakhil yang dimurkai-Nya, dan menutup pintu surga buat kita.” Reff: KH. Abdurrahman Arroisi |
Selasa, 29 Mei 2012
Home »
» Membuka Pintu Surga
0 komentar:
Posting Komentar